Ketika mata kita nanti bicara, sudah siapkah kita?

Dalam kegelapan seorang lelaki yang belum tua namun tak juga muda perlahan-lahan melangkahkan kakinya menyusuri jalanan setapak dengan dituntun tongkatnya. Terdengar olehnya lembut panggilan Allah menyeru menuju kemenangan. Meskipun Allah telah membutakan matanya, namun Allah memberikan karunia kenikmatan iman pada mata hatinya. Kebutaannya tak membuatnya alpa untuk mendatangi panggilan shalat berjamaah di masjid. Meskipun hanya berteman tongkat dia penuh dengan semangat untuk memenuhi seruan Allah.

Barangkali teringat olehnya akan suatu kisah seorang kakek tua yang mendatangi rasulullah untuk meminta keringanan baginya untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah di masjid.

”Wahai Rasulullah, saya  tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi masjid.”
Maka ia meminta keringanan kepada Rasulullah untuk tidak shalat berjama’ah dan agar diperbolehkan shalat di rumahnya. Kemudian Rasulullah memberikan keringanan kepadanya. Namun  ketika lelaki itu hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya lagi dan bertanya,
“Apakah kamu mendengar adzan?”
Ia menjawab,”Ya”.
Rasulullah bersabda,”Penuhilah seruan (adzan) itu.” (HR.Muslim)

Saudaraku yang dirahmati Allah, renungkanlah hadits di atas. Begitu pentingnya bagi seorang lelaki muslim untuk shalat berjamaah di masjid. Bahkan seorang yang buta pun tak luput dari perintah Allah dan Rasul ini. Ketika telinga ini masih mendengar seruanNya, maka disitulah kewajiban kita untuk selalu memenuhi panggilanNya.

Begitu berat pertanggungjawaban yang harus kita siapkan akan nikmat indra penglihatan mata kita ini. Apakah mata ini mudah menuntun kita menuju ketaatan, ataukah mata ini kita gunakan untuk menuju kemungkaran dan kemaksiatan?
Siapkah kita mendengar pengakuan dari mata kita disaat mata kita bisa berbicara?
Sudahkah kita mempersiapkan kesaksian dari kedua mata kita  agar dia berkisah tentang indahnya jalan ketaatan yang kita tempuh dengan mata kita? Atau malah mata kita akan berkisah tentang kemungkaran dan kemaksiatan yang kita lakukan dengan mata kita?

Wahai saudaraku yang dirahmati Allah, begitu berat pertanggungjawaban yang harus kita perisiapkan kelak dihadapanNya.
Semoga Allah senantiasa mengkaruniakan mata kita yang senantiasa menuntun kita dalam ketaatan bukan yang menuntun pada jalan penuh kemungkaran dan kemaksiatan.

*terinspirasi dari lelaki buta yang istiqomah melaksanakan shalat berjamaah di masjid Jogokariyan Yogyakarta

Dari hamba Allah yang selalu mencari ridhoNya dan mengharapkan surgaNya.